Kebersamaan telah membentuk lingkaran cincin yang tak kita temui titik putusnya. Itulah yang dirasakan oleh aku dan para sahabatku yang beberapa minggu ini aku kenal. Kenalan bermula dari sebuah event yang sangat bergengsi yang mereka ikuti yakni “PEMILIHAN DUTA MAHASISWA GENRE 2014”.
Kekompakan,
saling support dan kesenangan selalu mereka gambarkan dalam setiap pertemuan.
Saat istirahat mereka selalu bersama, makan bersama dan bahkan setiap kegiatan
yang mereka lakukan identik dengan kebersamaan. Ingin rasanya mereka tidak mau
mengenal arti dari “PERPISAHAN”. Dua hari berlalu terus bergulir waktu hingga
tak terasa semua akan berakhir. Lose and win pasti ada dalam setiap event.
Kebahagian dirasakan bagi The winner dan bagi yang kalah hanya mengecam pengalaman
dan kekecewaan.
Tapi
itulah lumrah kehidupan tugas kita hanya berusaha dan berdo’a dan yang
menentukan atau output yang dihasilkan itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Kegigihan telah mereka tampakkan, bersaing secara sehat dengan potensi dan
skill yang telah mereka siapkan dalam diri mereka. Siap menjadi yang baik dari
yang terbaik. Semua ingin menjadi pemenang, dan membuktikan kelayakan mereka
untuk menjadi perwakilan Provinsi Jambi.
Wawasan,
Ilmu dan pengetahuan serta kebudayaan Jambi sudah menjadi makanan keseharusan
mereka tau. Searching, read book and article mereka cari untuk menambah
referensi atau wawasan mereka. Hingga benar-benar sudah siap, “Sedia panyung sebelum hujan”.
“Diatas langit masih ada langit”, inilah
beberapa kata yang mesti dimaknai oleh setiap orang. Jika kita baik, masih ada
yang lebih baik atau yang terbaik. Jika kita hebat, masih ada yang lebih hebat
atau yang terhebat. Kesabaran, siap menerima dengan lapang dada apapun yang
kita terima, itulah kedewasaan dan kebijaksaan dari setiap orang. Tak semua
orang memiliki pemikiran ini. Banyak mereka yang mengatakan “Kenapa harus begini?, aku tidak percaya?,
kenapa bukan aku yang terbaik? Kenapa bukan aku the winnernya?”. Hanya
ratapan yang mereka lakukan seolah mereka larut dalam kegagalan tersebut. Yang
harus kita fahami atau konsepnya adalah kegagalan adalah pembelajaran,
kegagalan adalah pembenahan diri atau evaluasi diri, terus belajar dari
kegagalan dan berjanji tidak akan melakukan kegagalan yang sama karena kita
telah belajar dari kegagalan.
Bukankah
kita telah berhasil? Berhasil berpartisipasi, berhasil memaparkan urgument, ide
dan opini kita, berhasil memperkenalkan kampus, berhasil mengikuti acaranya
sampai selesai dengan selamat dan memiliki teman yang banyak, inilah hal
positif atau kesuksesan yang kita raih yang sama sekali tak sedikitpun kita
sadari.
Seharunya
kita bersyukur karena kita dipercayai untuk mewakili kampus, banyak teman-teman
kita yang ingin mengkuti tapi, tidak memiliki kesempatan yang sama dengan kita.
Teringat penulis dengan Firman Allah SWT “Barang
siapa yang bersyukur atas nikmatku, maka akan aku tambah nikmatnya, dan barang
siapa yang kufur atas nikmatku maka azabku amat pedih”. Jadi sudah
selayaknya kita bersyukur karena ketika kita bersyukur maka tuhan akan
menambahkan nikmatnya. Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillah
Good...,
BalasHapusMakasih bang
BalasHapus